Senin, 31 Agustus 2015

Memori Pengujung Agustus.

Jangan sembunyi. Ku mohon padamu jangan sembunyi.
Sembunyi dari apa yang terjadi....


Entah aku harus mulai darimana. Aku terlalu kacau untuk mengungkapkan semuanya. Aku terlalu sakit untuk menangisi semuanya.

Hidup itu arus yang berputar. Apa yang kau tanam di masa lalu, suatu saat akan kau petik jua di masa yang akan datang pada posisi yang sama, pada tempat yang sama, pada sakit yang sama.

Rasa sakit macam apakah yang pernah ku berikan dulu? Mengapa panennya sungguh berlipat-lipat bahkan di luar dugaan ku? Mengapa Tuhan sungguh membalas sakit bahkan dengan yang lebih diluar nalar?

Sembunyi dibalas sembunyi.
Elakan dibalas elakan.
Kebohongan dibalas kebohongan.
Praduga dibalas praduga.
Sakit diganti sakit empat kali lipat.
Air mata diganti air mata empat kali lipat.
Hancur diganti hancur yang tak punya peri kasihan.
Siapa yang sanggup? Siapa?
Tuhanku..... Didikan macam apa ini? :”



Bertanya.. Cobalah bertanya pada semua. Disini ku coba untuk bertahan.
Ungkapkan semua yang ku rasakan..



Aku tau bukan kau yang menaruh sakit itu. Aku tau.
Aku tau bukan kau yang membuat hancur aku. Aku tau.
Semuanya hanya karna perasaanku sendiri. Dia terlalu dalam. Perasaan yang aku buat sendiri. Semuanya karna kepercayaan ku tinggi. Aku terlalu percaya bahwa sesuatu yang kau janjikan di masa lalu akan tetap kau pegang, hingga lupa bahwa hari demi har dunia kita mulai menjauh.
Rasa ingin bertahan yang membuat ku terjatuh sendiri. Sakit sendiri.



Kau acuhkan aku. Kau diamkan aku. Kau tinggalkan aku.....

Semuanya adalah karma. Karma yang dulu hanya ku tau arti katanya, tanpa tau makna sebenarnya. Semuanya karma, yang sungguh aku rasakan sakitnya.

Aku tak tau tangisnya dulu seperti apa! Aku tak tau.....
Tapi Tuhan adil, Dia memberi tau aku, bagaimana sakitnya sahabatku di masa lalu.
Dulu dia menangis sendiri karna aku! Dulu dia sakit sendiri karna aku! Karna kebodohan yang aku buat sendiri. Karna kebohongan yang ku buat sendiri.

Dulu dia ditinggalkan. Kini aku merasakan.
Dia diacuhkan? Aku juga.
Dia tak dipedulikan? Sekarang tinggal giliranku yang mencoba hal sama.


Taukah sayang?
Bersama barang kenangan darimu aku melewati malam-malam melankolis ini. Disampingku ada Tuhan yang setia menemani tangis darahku ini.
Ku lewati semuanya dengan doa koronka bersama rosario tersayang..

Kau pernah mendengar hal itu? Yang orang-orang katakan bahwa permintaan dalam doa koronka selalu didengar Tuhan? Pernahkah?

Dan taukah apa isi permintaan yang selalu ku ucapkan bersama air mata?
“Tuhan, tunjukanlah apa yang sebenarnya terjadi jauh dalam ketidaktauanku. Namun dibalik apa nanti yang sesungguhnya terjadi... aku hanya ingin dia bahagia. Orang yang tak bisa aku bahagiakan.”


Dan Tuhanku mulai mengungkap tabir ini, potong demi potong. Disaat ada seseorang yang namanya selalu ada dalam doaku, aku hanya bisa menatap nanar dan tersenyum melihat duniaku yang sesungguhnya ini. Dunia yang ada dibalik kelopak mataku.
Karna senyum orang yang aku sayang itu terletak pada orang lain.
Dan karna kebahagiaan orang yang aku sayang itu adalah saat aku harus melupakannya.





Lumpuhkanlah ingatanku, hapuskan tentang dia. Hapuskan memoriku tentangnya..
Hilangkanlah ingatanku, jika itu tentang dia.
Ku ingin ku lupakannya.


LDS~
Memori kelam pengujung agustus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar