Ku coba berlari jauh sekali, peluhku berhenti.
Ku coba terdiam di dalam kelam, lukaku melebam.
Ku coba tersenyum layaknya embun, tangisku jatuh.
Lihatlah dunia yang penuh dengan kepalsuan ini.
Palsu.
Teramat palsu.
Ketulusan dibalas kepalsuan,
dan kepalsuan dibalas lagi kepalsuan.
Ketika senyumku adalah tangisan yang telah lelah menemaniku
dalam malam.
Ketika diamku adalah sapaku yang teramat lelah merindu
sesosok khayalan.
Tak ibakah kau denganku?
Aku harus melihatmu didalam sakit hatiku.
Aku harus menyapamu ditengah hilangnya bagian diriku.
Aku harus bahagia setelah kehilanganmu.
Tidakkah kau ingin aku bahagia?
Hanya ada dua pilihan ; kau disini disampingku atau tidak sama sekali.
“Kau kembali” ,
sudahlah aku tau aku takkan terbangun dengan mimpi indah
hingga ketiga kalinya.
“Kau pergi”,
ya, sesungguhnya kau yang harus mengalah.
Kau memang harus
pergi, karna kau pun tau , aku tak pernah bisa beranjak dari tempat ini.
Sungguh,
jarak ini terlalu
berat buatku.
Hanya untuk memulihkan lukaku,
hanya untuk menanam ketulusan baru,
aku harus membunuh rinduku,
aku harus melenyapkan perasaanku,
aku harus menjauh darimu.
Aku lelah berpura-pura baik-baik saja.
Aku lelah dengan semua kepalsuan ini.
Jarak ini.
Semoga jarak yang kubuat, dapat kau pahami.
Bukan untuk saling benci.
Tapi untuk saling memulihkan diri.
Dari segala lebam nurani yang menghampiri.
Dari masa lalu kelam yang melirik sesal.
Dari segala kepalsuan untuk sebuah ketulusan.
Aku yakin kau pasti mengerti.
Aku belum benar-benar sembuh.
Dan untuk itu,
aku perlu menjauh.
Sekali lagi,
menjauh dari segala kepalsuan
untuk sebuah ketulusan.
Ketulusan yang baru.