Rabu, 25 Mei 2016

Kepalsuan

Ku coba berlari jauh sekali, peluhku berhenti.
Ku coba terdiam di dalam kelam, lukaku melebam.
Ku coba tersenyum layaknya embun, tangisku jatuh.

Lihatlah dunia yang penuh dengan kepalsuan ini.

Palsu.

Teramat palsu.

Ketulusan dibalas kepalsuan,
dan kepalsuan dibalas lagi kepalsuan.

Ketika senyumku adalah tangisan yang telah lelah menemaniku dalam malam.  
Ketika diamku adalah sapaku yang teramat lelah merindu sesosok khayalan.

Tak ibakah kau denganku?
Aku harus melihatmu didalam sakit hatiku.
Aku harus menyapamu ditengah hilangnya bagian diriku.
Aku harus bahagia setelah kehilanganmu.

Tidakkah kau ingin aku bahagia?
Hanya ada dua pilihan ; kau disini disampingku  atau tidak sama sekali.
“Kau kembali” ,
sudahlah aku tau aku takkan terbangun dengan mimpi indah hingga ketiga kalinya.
“Kau pergi”,
ya, sesungguhnya kau yang harus mengalah. 
Kau memang harus pergi, karna kau pun tau , aku tak pernah bisa beranjak dari tempat ini.

Sungguh,
 jarak ini terlalu berat buatku.

Hanya untuk memulihkan lukaku,
hanya untuk menanam ketulusan baru,
aku harus membunuh rinduku,
aku harus melenyapkan perasaanku,
aku harus menjauh darimu.

Aku lelah berpura-pura baik-baik saja.
Aku lelah dengan semua kepalsuan ini.

Jarak ini.
Semoga jarak yang kubuat, dapat kau pahami.
Bukan untuk saling benci.
Tapi untuk saling memulihkan diri.
Dari segala lebam nurani yang menghampiri.
Dari masa lalu kelam yang melirik sesal.
Dari segala kepalsuan untuk sebuah ketulusan.

Aku yakin kau pasti mengerti.
Aku belum benar-benar sembuh.
Dan untuk itu,
aku perlu menjauh.
Sekali lagi,
menjauh dari segala kepalsuan
untuk sebuah ketulusan.
Ketulusan yang baru.


Melupakan ketulusan lamaku, yang telah dulu kau hancurkan. 

Senin, 16 Mei 2016

Kedatanganmu

Kedatanganmu.
Kedatangan yang berbeda dari sekian ribu kedatangan.
Kedatangan yang begitu utuh.
Dengan segala kebahagiaan.

Mungkin kau merasa tak lengkap.
Mungkin kau rasa kedatangan harus punya pasangan.
Kau pasangkan ia dengan kepergian itu.
Kepergian yang sungguh memeras tangisku.

Kepergianmu.
Kepergian yang masih sama dengan apa yang pernah kau lakukan.
Atau mungkin berbeda,
karena
luka kedua memang jauh lebih menyakitkan.
Kepergian dengan satu alasan, 
yang tak pernah jelas.
Kepergian yang meninggalkan berjuta pertanyaan 
yang tanpa jawaban.
Atau memang kepergian ini memang tak beralasan,
Karena sesederhananya.....
Kau hanya ingin pergi, dari bayang hitam yang tak punya apa-apa ini.

Bayang hitam ini,
Bayangan yang mengikutimu,
Merangkul saat gelap dirimu...
Bayang hitam yang hanya punya ketulusan untukmu.
Ketulusan yang ditelan takdir dunia,
Ketulusan yang takkan pernah mengalahkan kemenarikan mereka.

Sudahlah, biar ku berlari darimu lagi.
Jangan tanya mengapa, kau tau jawabannya.
Aku mati didekatmu, namun tanpamu.
Aku mati merindukanmu, tanpa hadirmu.
Aku mati menyayangimu,
berlalu melihat permainan ini selesai,
begitu saja.
Dengan aku yang kalah mutlak, dan engkau memenangkan segalanya.
Dengan segala kesendirian dibalik sosok yang kutunggu,
Dengan engkau yang begitu mudah membuangku.
dari hatimu.
dari fikiranmu.
dari hidupmu.
Aku begitu mati melihat cinta,
hanya serendah urusan menang kalah,
serendah permainan.

Selamat, karna lagi kau yang menang,
Diatas tangisan.
Tangisan orang yang selalu meradang karenamu,

Orang yang terlalu menyayangimu.
Aku.
perempuan gila itu.

Rabu, 04 Mei 2016

Jangan Larang Doaku

Seandainya. Seandainya saja aku bisa berlari dari duniaku yang telah ia hancurkan. Mungkin, lukaku akan sembuh dalam waktu yang cepat.
Namun bagaimana bila aku mencoba membangun dunia baru di dekat duniaku yang telah hancur?
Bahkan sampai aku tersungkur, aku akan terpuruk di dekatnya. Selamanya.

Tuhan, dengarkan aku....
Aku ingin pergi dari tempat ini. Hatiku berteriak mendengar tentangnya. Semua tentangnya. Selalu ada yang berbicara tentangnya. Dan aku terusik dengan ini.

Tuhan aku tak ingin mencampuri urusannya. Aku tak ingin perduli tentang apapun yang dia lakukan. Sungguh aku tak ingin....

Tapi dengan jarak sedekat ini? Apakah teriakku di dengar? Tidak sama sekali.

Oh Tuhanku, terkadang aku takut. Aku takut mendengar tentangnya.
Hindarkanlah ia dari segala pengaruh buruk. Aku tau dia dewasa, dia yang mengajariku perbedaan yang salah dan yang benar, yang buruk dan yang baik. Aku yakin dia takkan terjerumus dalam apapun.

Dan lagi, 
aku tau, aku  tak bisa lagi di sisinya...
Jadi aku mohon pada-Mu. Jangan kecewakan aku untuk ke sekian kalinya, Tuhan. Dia hanya manusia biasa..

Ingatkan dia saat khilafnya.
Luruskan dia saat salahnya.
Jaga dia saat di dekat bahaya.
Peluk dia saat murungnya.
Terangkan dia saat buntu jalannya.
Genggam dia saat jatuhnya.
Tuntun dia saat buta fikirannya.
Selamatkanlah saat terjerumus dirinya.

Aku tau, Engkau mengecam orang-orang yang terlalu gelisah dan khawatir. Maka,  ampuni aku Tuhan saat hatiku liar dalam gelisah dan terpuruk dalam khawatir. Aku tau, aku tak bisa berhenti perduli dengannya. Aku tau aku tak bisa berhenti mendengar tentangnya,karna dia masih terlalu dekat di sekitar. Ya, terlalu dekat.

Maka aku mohon, aku tak ingin dia berubah jadi yang terburuk. Aku ingin dia selalu ada di dekatMu, dianugerahkan belas kasihmu.

Maafkan aku yang masih terlalu perduli denganmu.
Maafkan aku yang tak pernah bisa mengenalmu.
Maafkan aku yang masuk dalam urusanmu.

Biarlah aku mati saat menjerit ke atas langit. Asal duniaku pada akhirnya terbit, aku rela bila harus mati untuk ke sekian kali.

Aku akan pergi suatu hari, bila kau tak nyaman dengan aku yang terlalu masuk dalam hidupmu kini.
Aku akan pergi. Aku janji
.
Namun ku mohon dengan sangat,
jangan larang doaku, untuk selalu bersamamu.
Jangan pernah larang doaku, di dekatmu.




----Di awal Mei.