Air mata tidak dapat dijadikan penebus kesalahan.
Kita yang pernah jauh, lalu pada akhirnya bertukar kabar
lagi. Aku bahagia saat kau menyapaku sebagai temanku. Tapi perlu kau tau, walau
aku menganggapmu sebagai temanku, perasaan itu tak akan pernah berubah
sedikitpun.
Aku tau diri.
Aku memang masih menggenggam perasaan itu, tapi dengan
kesetimbangan. Perasaan itu aku biarkan tetap tumbuh, tanpa menganggap kita akan bersama lagi. Tanpa menganggap kita akan rujuk lagi.
Apa perasaan itu salah? Toh logikaku tak pernah liar. Toh
logikaku tak pernah sampai di titik fikiran bahwa kau mencintaiku lagi. Aku
tidak pernah punya pemikiran seperti itu, tolong jangan berprangsangka apapun
padaku..
Aku menyapamu tanpa nama.
Sengaja ku lakukan agar kau tak tau bahwa aku adalah dia. Dia
yang merindukan candaan satu taun silam. Namun taukah kau? Aku melakukan itu
tanpa anggapan bahwa kita akan bersama lagi. Bisakah kau mengerti sedikit saja?
Dunia yang bicara saat mereka melihat kita bahkan memancing
titik sabarmu. Kau tak pernah mau jika dunia beranggapan lebih, bahkan saat
anggapan itu hanya candaan. Aku menangkapnya,aku menangkap keinginan itu, dan
aku sakit karenanya.
Aku ingin bertanya... Apakah rugi jikalau dunia hanya
bercanda menganggap kita lebih? Apa kau malu? Atau apa? Aku belum menemukan
jawaban itu teman. Kau tak pernah menjawab itu teman :’(
Aku sudah kena pukul telak. Kau yang melakukannya.
Aku tau bahwa waktu terus beranjak, meninggalkanmu yang
dulu. Engkau yang pengertian saat masih jadi temanku. Engkau yang penuh senyum
untuk semua orang, termasuk padaku.
Aku sekarang baru menyadari bahwa menyayangimu saja salah.
Menyayangi tanpa berfikir kita akan bersama lagi pun salah. Menyanyangi
sendirian, tanpa mengharap balasan saja salah.
Lukaku baru sembuh kemarin dan ternyata luka itu datang
lagi. Aku hanya bisa minta maaf dengan perasaan bodoh ini.
Aku yakin setelah masalah kemarin kau akan mulai menjaga
jarak lagi. Menjauh lagi. Dingin lagi.
Tapi ku mohon jangan.... Aku hanya menyanyangimu tanpa menganggap
kita akan bersama kembali. Tanpa anggapan kau sedang mendekatiku lagi.
Aku mohon, jangan putar balik fikiranmu tentangku. Aku mohon
jangan menjauh. Aku mohon jangan membenciku teman.
Sebisaku akan ku bunuh perasaan ini. Supaya kita nantinya
bisa murni tertawa sebagai teman. Bukan sebagai musuh yang perang salju. Perang
dingin yang menyakitkan itu.
Semoga kau membacanya.
Aku mohon mengertilah. Aku mohon maafkanlah. Aku mohon
percayalah.
:’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar