Taukah? Aku pernah terdiam dalam sebuah lorong. Dimana hanya ada kegelapan dan jerit tangis. Dimana aku yang menciptakan sendiri lorong itu. Namun bukan kuasaku, karna aku tak pernah menginginkan hal itu.
Apakah kamu fikir aku tersiksa? sangat.
Sampai akhirnya aku sendiri terjebak dalam sumpah, dalam keadaan, dalam perasaan.
Aku makin terjerumus dalam rasa sakit. Namun Tuhanku tetap tak tinggal diam. Dia merubah tawa nyeriku dalam tahap demi tahap, jejak demi jejak, perlahan-lahan... Menghembus sakitku, menggantinya dengan jerit tawaku..
Rasa pembodohan tetaplah ada, apalagi rasa sakit.. Namun aku kuat, karna ada yang menggenggam tanganku seerat eratnya, seerat yang dia bisa, tak pernah membiarkanku jatuh apalagi menangis. Aku tegar karna ada yang bersamaku. Ada yang menggenggam erat tanganku.Menggenggam erat tanganku. Erat tanganku......
Aku dan sesosok berjalan.. Meninggalkan tapak kecil, tapak tawa, tapak sayang. Bersenandung setiap waktu, tak ada sakit yang melulu. Rasa sakit yang terlanjur terbasuh waktu, terbasuh senyum :)
Sampai akhirnya, satu, bukanlah suatu ilusi atau obsesi.. Bukanlah suatu mimpi apalagi nyeri.. Ada yang memandang biru bersamaan, terlarut dalam putaran riang. Ada dua bayangan yang tegak memandang bulan.
Bukan dalam detik atau jam. minggu? bulan?
Aku tak menghitungnya... Yang ku rasa bukan kilat.
Berjalan bersama, menaiki karang, menuruni ladang. Segala kisah yang ku kira tak kan ada akhirnya. Ya, ku kira.
Sampai akhirnya ada yang sampai di kegelapan. Jauh lebih gelap dari yang pernah ku rasakan. Lengking tangis yang bahkan memecah sanubari, memar nurani. Berada di persimpangan jalan, yang bahkan tak menguntungkan.
Ada yang mulai menangis, ada yang mulai pergi. Satu diam, satu berlari.
Genggaman itu renggang, perlahan melepas, dan bebas..... Sebebas jatuhnya air mata dari langit ke tanah. Tinggallah dua kelingking yang masih bersentuhan diujung, mengingat janji yang perlahan membayung, terselubung, relung..
Aku terseok mengikuti ego sang keadaan. Sampai akhirnya aku benar benar terjatuh, tanpa ada yang menahan. Tak ada yang menggenggam..
Walaupun kini, ataupun suatu hari nanti, rasanya akan tetap sama.. Tetap lebih hebat dari putaran masa lalu. Lebih sakit dibanding sembilu.
Cepat atau lambat, ku kan melihat punggungnya menjauh, sampai akhirnya hilang dari pandangan, dari ingatan.
Oh, tidak!.
Dia bahkan akan tetap tumbuh dalam ingatan, dalam fikiran, bahkan tangisan. Dia tak akan terlupakan.
Ijinkan aku menangisi malam yang takan pernah bisa ku genggam, ijinkan aku menangisi sesosok yang terlalu berharga, ijinkan aku melepas emas.
Ku yakin Tuhan kan selalu bersama sesosok itu, sosok kagumku. Cinta remajaku. Sesosok yang bahkan terlalu sayang untuk terkenang..
Tuhan bersamamu sayang, dalam doaku. Dalam bahagiamu yang memang bukan bersamaku. Aku hanyalah rasa siksamu, penderitaanmu.. Kau yang terbaik dan akan dapat yang terbaik, suatu saat nanti, saat cerah hari. Yang terbaik haruslah mendapatkan yang terbaik jua bukan?
Perempuan itu mencoba menyesap tangisnya. Melambaikan tangan lemasnya. Untuk seseorang yang akan dia kenang, yang perlahan akan meremang. Rasa sayangnya yang sudah memupuk terlalu dalam. Bahkan luapan doanya.
Maafkan perempuan itu.. Ia hanyalah manusia biasa yang sakit dengan kilat. Dia masih belajar. Pasrah dan ikhlas yang mungkin nanti akan membuatnya tegar sendiri, walaupun tak kan ada lagi yang disisi.
Separuh nafas yang hampir hilang darinya, terbawa deru, tersapu peluh.. Melambung jauh bersama doa untuk sesosok yang sangat disayanginya. Mengutuk keras keadaan dengan tangisnya.
Menunduk. Sampai akhirnya hujan itu kembali datang.
Selamat tinggal sayang, cari hidup baikmu, yang bahagia untukmu. Doaku bersama langkahmu. Ingatlah aku dalam setitik di hatimu. Jangan pernah lupakan Kita yang pernah tercipta dalam nyata.
Selamat tinggal nafasku. Selamat tinggal senyumku.
Maafkan aku yang masih mengharapkan tawamu yang dulu hanya untukku. Maafkan aku yang masih mengenangmu.
Aku masih menyayangimu.
Sampai deru debu menghambur seluruh nafasku. Sampai mentari meneteskan embun.
Sampai kapan pun.
LDS~
September, 2014

No more tears, yup someday.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar