Aku memandang ke arah jendela. Aku melihat ada dua sosok disana. Sepasang lawan jenis. Mereka menghabiskan waktu mereka di sana, tertawa.
Aku memandang ke arah lain. Ku lihat, lelaki itu mengenggam tangannya.
Dan di arah lainnya, ku lihat kenyataan.
Entah sampai kapan lagi perempuan itu akan terdiam menunduk. Menyadari, orang yang bersamanya tak menyayanginya, tak pernah lebih. Orang yang dalam tahun ia tunggu sekian lama, lalu merangkulnya, memberikannya kepercayaan yang tentu saja diterimanya, lalu sekarang berhembus lagi, meninggalkannya dalam tanda tanya juga kesedihan.
Aku lah dia.
Aku bodoh karna merasa berharga.
Aku bodoh memberikan kepercayaanku sepenuhnya.
Aku bodoh menyayangimu.
Aku bodoh memberikan ketulusanku tanpa sisa.
Jangan tanya seberapa hancurnya aku, kau tau jawabannya.
Aku tulus padamu. Aku tak ingin menuntut apa-apa darimu. Aku hanya butuh kau disini dan memelukku. Namun kau tak bisa. Dan kau memilih menyerah...
Aku pernah sakit. Dan terulang lagi, hari ini.
Kita yang bersama berdua takkan ada lagi.
Aku menangis memandang hal yang biasa kita lakukan.
Siapapun, tolong aku... Bahkan melihatnya saja sesakit ini. Aku baru menyadari lukaku sehebat ini.
Siapapun, tolong aku... Hapus air mata ini. Hapus luka ini. Peluk aku lagi. Aku tak sekuat itu, aku harus memalingkan wajah dari duniaku, tolong aku.
Saat menyakitkan, itu.
Ya, saat aku tak sanggup memandang duniaku.
Saat aku memalingkan wajah dari duniaku.
Saat aku harus tersenyum saat hatiku hancur.
Dunia yang tak pernah adil untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar