Keajaiban
Natal , akankah datang?
Silent
night, Holly Night..
Malam
Natal.
Bunyi
lonceng dan bau kemenyan yang dibakar saat lampu gereja dipadamkan,sungguh khas
menyentuh hati. Ditambah lagi lagu pujian Malam Kudus yang menghias telinga
sungguh merdu,menambah damai suasana hati.
Permohonan
Natal.
Semua
orang punya permohonan. Pasti. Begitupun aku.
Oke,lupakan
dulu soalan ini. Aku hanya ingin bercerita tentang kehangatan perasaan Natal
tahun lalu.
Tahun 2013. Ya, setahun yang
lalu.
Natal di tahun ini
sungguh-sungguh berarti. Natal tahun ini aku ditemani seseorang yang aku
sayangi. Ya, dia temanku. Aku masih ingat saat aku dengan ‘keukeuh’nya mengajak
orang tuaku beribadah di sebuah gereja
hanya karena dia yang mendapat tugas menjadi putera altar.
Saat itu aku memandanginya dari
lantai 2, gereja. Sangat jelas sosoknya. Aku memandanginya bahagia dari atas,
dan berkata dalam hati, ‘Permohonan Natalku tahun ini ya Tuhan. Aku menyayangi
orang itu. Jaga dia selalu, kumohon.’
Natal taun lalu, ku kirim salam
natal untuknya. Dia pun mengucapkan salam natal jua. Dilanjut candaan-candaan
singkat yang memenuhi hati, dengan kebahagiaan. Oh please i miss how nice i
could start some conversations with him. Now, yup i even dont know how to start
‘a conversation.’ My finger, brain, or tongue are always getting trapped to
face him or to greet him. How sad i am .
Ya, Natal 2013 aku dihadiahi
Tuhan seseorang yang sungguh berarti saat itu. Seseorang yang luar biasa
dihidupku. Terima kasih Tuhan.
Natal 2014.
Orang itu masih ada? Tentu saja.
Hanya saja, dia sudah tak menghias hidupku se istimewa dulu. Begitupun aku,
bahkan sosokku pun sudah lama tak
menghias hatinya. Mungkin juga sosokku sudah mulai memudar di hatinya. Hm,
tentang itu entahlah.. Itu urusannya bukan urusanku lagi. Lagipula itu tak
terlalu penting.
Adakah salam natal dariku? Tentu
saja ada.
Namun salam dariku tak sepanjang
dulu, tak seceria dulu. Salam singkat yang ku kirimkan juga kepada
teman-temanku. Bukan hanya untuknya.
Untunglah dia mau membalas salam
natal dariku. Aku bahagia dia mau membalas. Sangat bahagia, hingga harus
menahan getir perbandingan.
Ya, tahun lalu dan tahun sekarang
yang sungguh sungguh membuat sebuah perbandingan yang tak terpungkiri. Yang
kadang membuatku mengeluh bahkan lupa bersyukur.Oh kumuhon ampuni aku ya Tuhan,
sadarkan aku bahwa sebahagianya pun masa lalu, masa depan akan selalu lebih
baik.
Perbandingan. Yaa, perbandingan
yang kadang membuat lukaku terbuka lagi.
Salam natal balasan darinya. Yang
bahkan hanya ku baca dari luar, dan langsung ku ‘akhiri obrolan’. Aku tak mampu
melihat pesan itu terlalu lama. Pesan itu hanya akan mengingatkanku tentang
‘perbandingan.’ :’)
Kita
kembali pada kehidupan sekarang. 2014. Natal 2014.
Aku tak
lagi ‘keukeuh’ ke gereja itu. Hanya untuk berharap bertemu dengannya dalam
suasana malam natal.
Aku
beribadat di gereja dekat rumahku. Di lantai 2, dimana sisi altar, pohon, dan kandang natal bisa terlihat seluruhnya olehku
dari atas. Bunyi lonceng dan bau kemenyan yang dibakar saat lampu gereja
dipadamkan,sungguh khas menyentuh hati. Ditambah lagi lagu pujian Malam Kudus
yang menghias telinga sungguh merdu,menambah damai suasana hati.
Permohonan
Natal.
Semua
orang punya permohonan. Pasti. Begitupun aku. Dan permohonan natalku tahun ini
adalah
“Kembalikan
kebagiaanku Ya Tuhan. Dengan atau tanpa dia sekalipun.”
Karena
aku tau jikapun ada kesempatan 0,99 % untuk dia kembali padaku, aku mungkin
bahagia, tapi aku tak yakin dia akan bahagia denganku J Hanya keajaiban natal, bila Tuhan mengembalikan dia
ke sisiku. Haruskah aku percaya dengan datangnya keajaiban Natal? :”) Tuhan
punya rahasia-Nya sendiri. Keajaiban Natal-Nya sendiri J
Selamat
Natal, Teman.
Berbahagialah,
karena Tuhan selalu menjagamu. Damai Natal besertamu.
25 Desember
2014
LDS~
 |
:') |